KOSONG [2013]
Konsep terbentuknya sebuah
sejarah tiba-tiba mengendap dalam kepalaku. Kejadian itu terjadi ketika aku
duduk di hadapan sebuah meja dengan dua benda paling eksis enam tahun terakhir
dalam hidupku: pulpen dan kertas.
Di hadapanku terbentang sehelai
kertas yang masih polos karena tak ada satupun garis yang menodai. Aku
memandangi kertas itu. Aku memandangi kertas itu lebih dalam lagi. Bukan karena
benda itu punya efek magis yang bisa menyerap segala perhatian, tetapi lebih
kepada perasaanku. Entah kenapa di hadapan benda setipis itu perasaan yang
ingin kugariskan di sana secara tiba-tiba menguap. Benda itu seperti kuali di
atas api berderajat puluhan celcius yang memaksa air di atasnya menguap bebas
tanpa bekas.
Lalu kupandangi pulpen
bertinta biru yang masih kugenggam sejak tadi. Tak ada satu kalimat atau bahkan
kata sebagai arti yang menandakan bahwa perjalananku hari ini resmi dimulai;
perjalanan mencari diri sendiri, perjalanan menyusuri hati yang sepi, dan
perjalanan yang menggenapkan segala keganjilan.
Apa aku terlalu cepat untuk
mengikat sebuah ingatan? Karena aku pelupa oleh sebab itu aku berusaha mengikat
cepat-cepat dan semoga tidak terlambat. Terlalu banyak hal yang harus diingat
kepala. Itu artinya membuat kualitas kerja kepala semakin rendah. Bukan kepala,
lebih tepatnya ingatan otak yang datangnya dari hati. Ketika hatimu terkesan
maka logikamu akan bekerja.
Otak punya logika, hati
punya emosi. Tanpa sengaja kutemui rumus ini.
Mari mengikat segala ingatan
tentang sebuah perjalanan waktu, sebelum kepalamu benar-benar kosong.
Comments
Post a Comment