Pemimpin Harus Sempurna? [2013]
Pertanyaan
itu muncul di kepala beberapa jam yang lalu. Saya segera mengeksekusi
pertanyaan itu tentunya. Tak terasa pertanyaan itu terus menggelayut di kepala
kurang lebih dua jam tanpa jawaban dan jujur, sangat mengganggu. Saya coba
menghilangkan itu dengan cara mandi. Mungkin dengan kesegaran setelah mandi,
pertanyaan itu bisa terjawab. Setidaknya bisa hilang dibasuh air. Sesampainya
di kamar mandi, pikiran itu tak kunjung hilang. Bahkan saat saya selesai mandi.
Di kamar petak 3x4 meter, pertanyaan itu terus menggantung di langit-langit kamar, menempel di ujung bantal, berjejalan di tembok, memutar di kipas angin, dan muncul di layar telepon genggam saya. Lalu, saya menulis untuk menghilangkan keresahan itu. Satu bolpoin dan selembar kertas lebih dari cukup. “Masih ada lagi yang kau butuhkan?”, tanyaku pada aku. “Mungkin aku butuh satu buah meja untuk menopang kepala. Siapa tahu aku tertidur saat ‘ujian’ berlangsung”, jawabku pada aku.
Satu pertanyaan tadi lebih sulit dari ujian UN ataupun SNMPTN sekalipun. Pertanyaan tersebut semakin sulit dicerna karena yang mengawasi saya “Yang Maha Melihat”. Terkadang saya berpikir untuk minta kunci jawaban atau minta diberi kisi-kisi terlebih dahulu sebelum mencari jawaban agar terhindar dari jalan buntu yang menyesatkan. Tapi kepada siapa saya hendak meminta dan bertanya? “Yang Maha Tahu” pasti tahu akan jawabnya.
Tunggu, bagaimana cara meminta kepada-Nya sedangkan saya saja belum pernah bertemu dengan-Nya? Kalaupun nanti bertemu, saya harus memanggil Dia apa? Andaipun saya bertemu sekarang, saya pasti tidak pernah akan kembali lagi ke sini. Lalu untuk apa jawaban itu saya punya kalau hanya untuk tahu? Bukankah sebuah jawaban sejatinya untuk dikerjakan?
Ternyata banyak cara lain untuk bertemu selain tatap muka: lewat firman-Nya.
“Wahai
orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara
kamu. Kemudia, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunahnya), jika kamu beriman kepada Allah
dan Hari Kemudian. Yang demukian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (An-Nisa: 59)
Comments
Post a Comment