Terang [2013]



“Azriii!”.

Azri. Itu namaku. Orang bodoh yang tidak takut salah.

Panggilmu dari ujung sana. Entah di mana kamu. Mungkin pendengaranku salah bahwa itu cuma halusinasi dari kebisingan yang dihasilkan dari tempat ini. Terlalu ramai.

Mana mungkin ada yang kenal aku di tempat yang didominasi oleh orang-orang berambut merah, hijau dan kuning keemasan ini. Aneh. Apalagi kamu, mana mungkin kamu ada di sekitar orang-orang ini; laki-laki yang kebanyakan berjubah hitam panjang, wanita rok mini, dan cuma ada di komik-komik Jepang itu. Tidak mungkin.

“Azzriiii..!!”.

Panggilan itu semakin kencang saja. Aku rasa, aku berjalan mendekati sumber suara.

Apa ini? Seperti nyata. Atau ini cuma kesadaran parsial; kesadaran yang terpisah-pisah. Entah suara itu betulan ada atau khayal semata.

Tiba-tiba.

Berdirilah kamu di sana. Tanpa kata. Berdiri di depanku tanpa pretensi. Aku cuma bisa sebut nama kamu dalam hati karena terlampau terpukau.

“Sama siapa ke sini?”

Itulah pertanyaan pertama yang kamu tujukan padaku. Pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu lagi kamu tanyakan, karena pasti kamu sudah tahu jawabnya. Apa aku harus berpura-pura menggandeng orang yang tidak aku kenal layaknya teman. Supaya tidak terlalu kentara bahwa aku benar-benar sendirian.

“Sama siapa ke sini?”

Kali ini pertanyaan kamu diakhiri sebuah senyuman manis di akhir kalimat. Entah apa yang harus kuperbuat.

“Tadi habis ketemu orang, terus sekalian mampir deh ke sini.”

Menurutku itu alasan paling masuk akal saat ini.

“Oooh gitu. Jomblo sih ya sendiri ke sininya. Haha.”

Kamu memang pandai menebak. Cair sekali kamu di hadapanku. Seperti tanpa sekat. Sedang aku? Entah apa yang harus di perbuat. Entah pertanyaan itu cuma untuk memastikan atau benar-benar menertawakan. Memastikan bahwa aku benar-benar sedang sendiri yang artinya kamu juga akan menjaga kesendirian itu atau karena memang keadaan kita berbeda, kamu sudah ada yang punya. Aku tak ingin tahu itu sekarang.

“Eh kenalin ini temen gue.”

Dua orang teman wanita yang dandanannya hampir mirip kamu menyalamiku. Sebenarnya aku juga tak tahu betul kamu berdandan seperti apa. Karena aku sungguh takut. Bukan karena kamu seram. Tapi karena aku tak bisa tinggal lama pada mata yang kungkungannya lebih terang daripada sinar manapun.

Tapi aku tidak takut bersinar, karena kau membuat gelapku terang.


*) Foto merupakan koleksi pribadi

Comments

Popular posts from this blog

Masa Jahiliyah

Everyday and Everynight Cover