Teduh

Secara acak lagu di dalam playlist telepon genggam saya mulai diputar. Tiba-tiba lagu pengantar tidur malam ini adalah Payung Teduh – Untuk Perempuan yang sedang Dalam Pelukan.

Nada lagu itu begitu mendayu. Dan saya mulai mendengarkan perlahan. Menyimak maknanya yang penuh arti.

Tak terasa gelap pun jatuh
Diujung malam menuju pagi yang dingin
Hanya ada sedikit bintang malam ini
Mungkin karena kau sedang cantik-cantiknya

Lalu mataku merasa malu
Semakin dalam ia malu kali ini
Kadang juga ia takut
Tatkala harus berpapasan ditengah pelariannya

Di malam hari
Menuju pagi
Sedikit cemas
Banyak rindunya

Sebagian lirik itu aku kirimkan padamu, wanita yang aku cintai tapi sedang ada di pelukan orang lain. Aku juga menyarankan supaya kamu juga mendengarkan lagu merdu itu.

“Aku enggak tahu lagu Payung Teduh. Emang kenapa aku harus dengerin?” Tanyamu di sana.

“Enggak kenapa-kenapa. Coba aja dengerin. Bikin teduh.” Jawabku.

Representasi “teduh” tadi aku ambil dari perasaanku yang selalu bergejolak ketika keberadaan kita hampir tanpa jarak. Namun, memandangimu diam-diam dari sudut yang tak bisa kamu atau orang lain jangkau adalah keteduhan itu.

Comments

Popular posts from this blog

Masa Jahiliyah

Everyday and Everynight Cover