Posts

Semoga Akan Kamu Baca

Image
Mencintai itu sulit. Ketika cinta sedang meluap-luapnya, orang lain yang mencibir bisa dibilang tidak sedikit. Ingin menunjukkan tapi rasanya dicibir sakit, ingin mencintai dalam diam saja tapi rasanya dalam hati ada yang menghimpit. Kemudian, ketika cinta itu tidak lagi meluap-luap seperti awalnya, kamu mulai mengubah cara kerjanya. Tidak lagi sama. Harus dewasa. Kalau cinta berarti ketulusan, aku lebih memilih dicintai oleh dan mencintai sebagai anak kecil yang belum tau apa-apa. Karena kejamnya dunia, kadang membuatmu lupa bagaimana cara ketulusan itu bekerja. Yang perlu dilakukan cinta hanyalah menjadi dirinya saat itu juga. Tidak perlu menjadi dewasa, atau remaja, atau tua renta. Cinta, ya cinta. Dan pada akhirnya aku hanya bisa berharap kalau kamu tahu aku sedari awal mencintaimu tanpa karena, dan kemudian cinta itu tumbuh tidak diiringi dengan tetapi. Cinta itu, cukup begini. RHI Bekasi, 29 Mei 2015

Tentang Jarak, Tentang Perasaan

Kenapa ya akhir-akhir ini saya ngerasa gak nyaman berada di rumah? Gak kaya waktu lagi kuliah, bawaannya sering kangen sama rumah. Kalau kita gak punya aktivitas lain selain di rumah, wajar aja jika ada rasa kesel dan gak nyaman berada di rumah. Waktu kuliah, kamu punya dua tempat beraktifitas, rumah dan kampus. Dua-duanya saling ngasih jarak, saling memberi rasa rindu. Sekarang kamu cuma punya rumah, gak ada jarak di tempat lain yang membuat kamu melihat rumah sebagai sesuatu yang nyaman, sesuatu yang dirindukan. Kadang kita memang perlu jarak sama sesuatu agar kita bisa menghargai sesuatu itu. Untuk menghargai uang, kita kadang perlu dulu ngerasain gak punya uang. Untuk menghargai berdiri, kita kadang perlu dulu ngerasain jatuh. Mungkin dengan jarak itu bisa membuat kita melihat rumah lagi sebagai definisi yang indah.

HOME - The Other Side

Delapan minggu semenjak kepergianku, dan sekarang kamu mengatakan bahwa segalanya berubah di sana. Ketakutan itu menyergap, mungkin saja aku akan kehilanganmu. Dan setiap malam-malam yang kita habiskan dengan terpisah sendiri-sendiri membunuhku perlahan. Seandainya aku bisa pulang dan berada di sisimu . Pensil yang kugunakan untuk mencoret-coret kertas di atas meja itu terjatuh ke kolong meja sesaat setelah aku melepaskannya. Kupandangi kertas yang tadinya putih itu, kini tampak sesosok wajah wanita dalam goresan-goresan pensil. Aku tersenyum padanya, tetapi ia—gambar itu—sama sekali tidak membalas bahkan tidak menatap mataku yang sedang menatapnya. Gadis dalam gambar itu malah sibuk memperhatikan sesuatu di sebelah kiri atasnya dengan tatapan penuh penasaran.

Lalu, untuk apa bertanya?

“Jika ada hidup yang tak perlu lagi dipertanyakan, lalu untuk apa hidup?”

Orang yang Patut Dicintai

Kata seorang kawan, “Orang yang patut kamu cintai adalah seorang yang membuat kamu selalu bertanya-tanya.” Akhir-akhir ini saya sering bertanya-tanya pada seseorang. Pertanyaan   tersebut tak mengantarkan saya pada sebuah jawaban. Malah, pertanyaan yang satu selalu menimbulkan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Terkadang justru saya sering dibuat tertawa karena pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak sama sekali memberikan tanda bahwa jawabannya akan segera ditemukan. Lalu, buat apa saya bertanya? Pada suatu titik, di suatu saat yang entah kapan nanti, kita akan bertemu pada sebuah awal, entah itu kebosanan atau rasa lelah yang telah memuncak sejak lama, untuk berhenti bertanya dan bertanya. Pada diri sendiri. Entah bagaimana, tapi seseorang yang patut kamu cintai adalah orang yang membuat kamu tidak pernah berhenti merasa bosan atau terlalu lelah untuk terus bertanya. Di sela-sela hujan deras dari langit gelap itu, saya bertanya-tanya, “Apakah kamu patut untuk dicintai?”...

Rindu Sungguhan

Image
Alam memanggil saya kembali, untuk berdamai dengannya. Tadinya sungguh, saya ingin naik gunung karena hanya ingin mencoba. Mencoba hal–hal yang saya belum pernah lakukan sebelumnya. Saya tahu, Mama tak akan pernah suka saya pergi ke gunung dan mendakinya, sebab seperti kebanyakan orang tua, mereka tidak suka anaknya melakukan hal-hal yang berbahaya. Sampai suatu ketika, liburan kuliah datang, ia rela mengiming-iming saya dengan membayar orang untuk mengajari saya menyetir mobil di sebuah tempat kursus (dan selain memberi uang jajan lebih tentunya) agar saya selama liburan ada di rumah dan tak naik gunung. Padahal, Mama saya tidak pernah sekalipun memberi lebih uang jajan saya. Sekalipun pernah, dapat saya pastikan karena telah memohon sebelumnya. Ayah saya tetap seperti biasanya, tidak akan berkomentar untuk persoalan saya pergi ke gunung. Ia hanya berpesan, “Jangan sampai telat salat berjamaah”, dan menambahkan sedikit sangu . Akhirnya, setelah saya berhasil (tentu ka...

Dua-dua *)

Image
Sungguh, salah satu hal yang paling menyebalkan di dunia adalah mengingat. Mengingat memori. Entah itu hanya sekadar memorabilia atau bahkan sebuah memorial. Mengingat nama-nama. Mengingat tanggal-tanggal. Sungguh, aku bukan ahlinya. Lupa adalah kelemahan sekaligus kekuatan terbesarku. Lupa terkadang selalu berujung pada sebuah penyesalan. Tetapi, terkadang lupa adalah sebuah rasa tentram yang selama ini kita usahakan. Untuk tidak lupa, aku mencatat semua potongan-potongan ingatan yang pernah tercipta antara kita dan semesta. Dan aku menyimpannya di dalam ruang pribadi bernama kenangan.   Tanggal-tanggal hanyalah sebuah angka yang menandakan bahwa hari dalam kehidupan terus melaju. Tanggal-tanggal selalu menciptakan momentum dalam hidup, tak terkecuali kelahiran sebuah jiwa. Kelahiran menjadi momentum sakral yang dimiliki setiap manusia. Bagaimanapun rumit prosesnya, kelahiran selalu menjadi pertanda bagi setiap jiwa bahwa hidup telah memilih kamu untuk hidup itu...